manusia dan kegelisahan (tugas ilmu
budaya dasar#)
transmigrasi,
adalah pengabdian yang juga menuntut pengorbanan. Dikatakan pengabdian karena
ia mengajar di situ tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus oleh
pihak berwenang usul pengangkatannya, ia hanya bertanggung jawab untuk kemajuan
dan kecerdasan masyarakat / bangsanya. la hanya menerima penghargaan dan belas
kasihan dari masyarakat setempat. Pengorbanan yang ia berikan berupa tenaga,
pikiran, waktu untuk kepentingan anak didiknya. MANUSIA KEGELISAHAN DAN HARAPAN
KEGELISAHAN Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang
tidak tentram di hati atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang
(tidurnya),tidak sabar lagi (menanti),cemas dan sebagainya. Kegelisahan artinya
perasaan perasahan,khawati, cemas atau takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai
dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia yang gelisah itu dihantui
rasa khawatir atau takut. Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami
kegelisah. Kegelisan ini, apabila cukup lama hinggap pada manusia, akan
menyebabkan suatu gangguan penyakit. Kegelisahan (ancienty) yang cukup lama aka
menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia. Kegelisahan selalu menunjukan
kepada suasana negatif atau ketidak sempurnaan, tetapi mempunyai harapan.
Dikatakan negatif atau ketidaksempurnaan karena menyentuh nilai –nilai
kemanusiaan yang menimbulkan kerugian. Kegelisahan menunjukan kepada suasana
positif dan optimis karena masih ada harapan bebas dari kegelisahan, yang
mendorong manusia mencari kesempurnaan dan mendorong manusia supaya kreatif.
Tragedi dunia modern tidak sedikit menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin
akibat kebutuhan hidup yang meningkat rasa individualistis dan
egoisme,persaingan dalam hidup, kadaan yang tidak stabil, dan seterusnya.
Kegelisahan dalam konteks budaya dapatlah dikatakan sebagai akibat adanya
insting manusia untuk berbudaya,yaitu sebagai upaya mencari “kesempurnaan“.
atau, dari segi batin manusia, gelisah sebagai akibat dosa pada hati manusia.
Dan tidak jarang akibat kegelisahan seseorang, sekaligus membuat orang lain
menjadi korbannya. Penyebeb kegelisahan dapat pula dikatakan akibat mempunyai
kemampuan untuk membaca dunia dan mengetahui misteri kehidupan. Kehidupan ini
yang menyebabkan mereka gelisah. Mereka sendiri tidak tahu mengapa mereka
gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak
mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan.
Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisan murni,
yaitu merasa gelisah tanpa mengetahui apa kegelisahannya, seolah-olah tanpa
sebab. Ini berbeda dengan kegelisahan “terapan” yang terjadi dalam peristiwa
kehidupan sehari-hari, seperti kegelisahan karena anaknya sampaimalam belum
pulang, orang tua yang sakit keras, istrinya yang sedang melahirkan, diasingkan
oleh orang-orang sekitarnya, melakukan perbuatan dosa yang ditentang nuraninya,
dan sebagainya. Alasan mendasar mengapa manusia gelisah ialah karena manusia
memiliki hati dan perasaan. Bentuk kegelisahannya berupa keterasingan,
kesepian, dan ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti
dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia. Persaan seseorang yang
sedang gelisah, ialah hatinya tidak tenteram, merasa khawatir, cemas, takut,
jijik dan sebagainya. Perasaan cemas menurut Sigmun Freud ada tiga macam,
yaitu: 1.Kecemasan obyektif, kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan,
seperti anaknya yang belum pulang, orang tua yang sedang sakit keras, dan
sebagainya. 2.Kecemasan neurotik (saraf). Hal ini timbul akibat pengamatan
tentang bahaya dari naluri. Contohnya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan,
rasatakut yang irasional semacam fobia, rasa gugup, dan sebagainya. 3.Kecemasan
moral. Hal ini muncul dari emosi diri sendiri seperti perasaan iri, dengki,
dendam, hasud, marah, rendah diri, dan sebagainya. Uraian tentang penderitaan
disini dianalogikan dengan perasaan gelisah (kegelisahan hati) sebagai akibat
kecemasan moral. Untuk mengatasi kegelisahan ini (dalam ajaran islam), manusia
diperintahkan untuk meningkatkan iman, takwa, dan amal shaleh. Seperti
difirmankan : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir,
apabila ditempa kesusahan, ia berkeluh kesah, tetapi bila ia mendapatkan
kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, mereka
yang tetap mengrjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia
bagian tertentu bagi orang miskin (yang tidak dapat meminta), dan orang-orang
yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap adzab
Tuhannya.’’ Hanya dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan, maka hati gelisah
manusia akan hilang. Mendekatkan diri bukan hanya dengan cara melalui hubungan
vertikal dengan Tuhan, tetepi juga melalui hubungan horizontal dengan sesame
manusia sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan sendiri. Tentang kecemasan ini
Sigmund freud membedakan menjadi tiga macam: kecemasan kenyataan (obyektif),
kecemasan neurotic, dan kecemasan moral 2.2 Sebab-sebab orang gelisah
Selanjutnya bila kita kaji, sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada
hakikatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari
sesuatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam. Secara lentur,
kegelisahan bisa dikatakan sebagai rasa tidak tenteram, rasa selalu khawatir, rasa
tidak tenang, rasa tidak sabar, cemas, dan semacamnya. Yang jelas kegelisahan
berkaitan dengan rasa yang berkembang dalam diri manusia. Dari penjelasan
diatas kita dapat memahami bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia.
Tiap manusia dengan tidak mempedulikan latar belakang dan kemampuannya, pasti
akan mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama, relative ringan atau
berat. Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar mengingat manusia memiliki
hati dan perasaan. Sebagai fenomena yang universal, artinya mampu mendera
manusia yang manapun juga, kegelisahan itu bisa muncul lantaran faktorpenyebab
yang berbeda-beda. Dengan meminjam teori Sigmund Freud, kendatipunia secara
khusus berbicara tentang kecemasan, kita bisa melihat adanya tiga macam kegelisahan
(baca: kecemasan), yaitu obyektif, neurotik, dan moral. Yang pertama obyektif,
bersumber pada sesuatu kekuatan yang ada diluar diri manusia. Kegelisahan
semacam ini bisa muncul dari antisipasi seseorang, dengan berdasar kepada
pengalaman perasaannya, terhadap kemungkinan adanya bahaya yang mengganggu
dirinya. Yang kedua atau neurotic, dalam satu dan lain kasus lebih disebabkan
kepribadianoleh bisikan naluri seseorang. Kegelisaan semacam ini bisa saja
muncul akibat munculnya rasa takut tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, mumcul rasa takut yang irrasional atau yang biasa disebut fobia,
dan kecenderungan seseorang untuk selalu gugup atau tergagap dalam menyikapi
sesuatu persoalan yang dihadapi. Dan kegelisahan moral biasanya diakibatkan
oleh munculnya perasaan bersalah satu malu yang sebenarnya dikendalikan oleh
hati nuraninya. Jadi, kegelisahan moral lebih bersumber pada struktur
kepribadian seseorang. Upaya mengidentifikasiakn adanya berbagai macam
kegelisahan atau kecemasan seperti disebut di atas tidaklah semata-mata menjadi
kapasitas dunia keilmuan, yang dalam konteks ini diwakili oleh pemikiran Freud,
dokter Australia yang gema pengaruhnya mampu menembus disiplin-disiplin
psikologi, psikiatri, sosiologi, antropologi, bahkan filsafat. Akan dengan cara
bertutur yang berbeda upaya identifikasi tersebut sudah pula dilakukan oleh
para seniman. Ini boleh jadi lantaran kegelisahan, termaksuk kecemasan
didalamnya, boleh dibilang fenomen yang paling lengket dalam diri seniman.
Seniman memandang alam berbeda dengan pandangan seseorang yang bukan seniman.
Kadang-kadang satu hal yang sepele menurut orang biasa, tetapi lewat garapan
imajinasi seorang seniman sesuatu tadi menjadi lebih berarti. Namun demikian
satu hal tidak bisa dipungkiri bahwa setiap seniman adalah seorang pencari yang
tak pernah ketemu, atau seperti seseorang pejalan yang tak pernah sampai. Dalam
pencarian itu ia gelisah mencari dan terus mencari. Ia mencari kedalam alam
fisik, dan terutama kedalam alam rohani. Ia merambah waktu dan jaman. Dan ia
membuka simpul-simpul kerahasiaan. Seperti manusia umumnya, seniman pun
ditengah pencariaannya merasa gelisah. Merasa adanya ketidaktenangan ditengah
pencariaannya selalu merasa gelisah. Merasa adanya ketidaktenangan ditenga
ketenangan yang dicarinya. Ini bisa dimengerti mengingat seniman bagaimanapun
adalah bagian dari masyarakat yang juga memikirkan situasi masyarakat
sekitarnya. Kesabaran amat penting guna mencar ketentraman batin. Sabar
diperlukan dalam menghadapi berbagai cobaan serta hal-hal yang tidak
menyenangkan. Untuk memperoleh sifat sabar itu diperlukan latihan dan
pembiasaan, serta perlu dukungan permohonan Allah. Freud, sebagaimana
disinggung diatas, melihat kondisi obyektif yang ada disekitar manusia bisa
menjadi penyebab kegelisahannya. Dalam dunia seni dan sastra,suatu kondisi
obyektif tidak hanya berpengaruh terhadap pesan-pesan yang ingin disampaikan
seseorang melaui karya-karya seni dan sastranya. Akan tetapi lebih luas dari
itu bahkan kondisi-kodisi tertentu ikut berpengaruh terhadap proses kreatifitas
sang seniman.