Rabu, 06 November 2013

Tugas tulisan 3 Teori organisasi umum 1 # : insidious2


REVIEW FILM INSIDIOUS 2 - CHAPTER 2







Dengan keberhasilan luar biasa yang didapatkan oleh Insidious (2011), baik secara kritikal maupun komersial – dimana film horor tersebut berhasil meraih pendapatan lebih dari US$97 juta dari biaya produksi yang hanya berjumlah US$1.5 juta, jelas tidak mengherankan untuk melihat Jason Blum, Oren Peli, James Wan dan Leigh Whannell kembali bekerjasama dan berusaha mengulang kembali kesuksesan tersebut. Hey! It’s Hollywood! Seperti yang dapat ditangkap dari judul film ini, Insidious: Chapter 2 adalah lanjutan langsung dari Insidious yang mencoba untuk lebih mendalami berbagai misteri yang terjadi pada karakter-karakter utamanya. Namun, sayangnya, daripada memberikan presentasi yang lebih kuat dari jalan cerita yang telah terbangun apik di seri awalnya, Wan dan Whannell justru terperangkap dengan formula penceritaan yang kembali berulang dan membuat Insidious: Chapter 2 kehilangan seluruh kejutan serta kesegaran daya tarik ceritanya.



Pengisahan Insidious: Chapter 2 dimulai dengan kepindahan pasangan suami istri, Josh (Patrick Wilson) dan Renai Lambert (Rose Byrne), beserta ketiga anak mereka ke rumah ibu Josh, Lorraine Lambert (Barbara Hershey), guna mencoba untuk melupakan berbagai tragedi yang telah terjadi pada mereka beberapa waktu yang lalu. Pun begitu, kematian paranormal, Elise Ranier (Lin Shaye), ketika mencoba untuk menolong keluarga Lambert tidak luput dari perhatian hukum yang menyebabkan Josh kini berada di bawah pengawasan pihak kepolisian. Walau kadang masih merasa berada di bawah bayang-bayang sosok supranatural yang mencoba untuk mengganggu keluarga mereka namun Josh dan Renai berusaha sekuat mungkin untuk menatap ke depan dan tidak lagi mempedulikan permasalahan tersebut.

Sial, dunia supranatural sepertinya belum siap untuk melepaskan keluarga Lambert. Secara perlahan, Josh, Renai dan Lorraine mulai merasakan adanya gangguan aneh yang kembali menghantui keseharian mereka. Josh sendiri terus menekankan pada Renai bahwa ia harus tetap berlaku sewajar mungkin demi kenyamanan anak-anak mereka namun Lorraine, yang mulai tidak tahan dengan segala gangguan tersebut, kemudian menghubungi dua rekan kerja Elise, Specs (Leigh Whannell) dan Tucker (Angus Sampson), untuk mencari tahu bagaimana cara melenyapkan berbagai gangguan tersebut untuk selamanya. Setelah melalui beberapa penyelidikan, Specs dan Tucker akhirnya menemukan sebuah tragedi yang menjadi akar penyebab gangguan supranatural yang terus mengikuti keluarga Lambert dan berusaha untuk merebut kehidupan mereka.

James Wan adalah seorang sutradara yang sangat berbakat dalam mengelola kisah-kisah horor. Lewat Insidious – dan The Conjuring yang juga meraih sukses besar ketika dirilis beberapa waktu yang lalu, Wan berhasil membuktikan bahwa dirinya memiliki kemampuan luar biasa dalam mengubah plot penceritaan yang sebenarnya begitu sederhana dan familiar menjadi sebuah presentasi horor yang begitu mencekam. Wan benar-benar tahu bahwa penggunaan atmosfer horor yang tepat adalah kunci utama dalam keberhasilan untuk menakut-nakuti penonton. Walaupun minim, Insidious: Chapter 2 masih menggunakan formula yang sama: atmosfer horor nan gloomy yang disajikan di beberapa sudut penceritaan. Dan, pada kebanyakan bagian, penggunaan atmosfer gloomy tersebut mampu bekerja dengan efektif.

Di saat yang bersamaan, Wan dan Whannell gagal untuk memberikan pengembangan mendalam terhadap kisah sederhana yang mereka terapkan di seri pertama film. Daripada berusaha untuk menambah intrik-intrik yang lebih kuat di dalam jalan penceritaan, Wan dan Whannell hanya mendaur ulang kisah lama Insidious dan membumbuinya dengan tambahan konflik untuk menambah kesan kompleksitas cerita. Hasilnya? Jalan cerita Insidious: Chapter 2 lebih sering meninggalkan penontonnya pada alam antah berantah yang akan membuat mereka kesulitan dalam mencerna jalan penceritaan film. Wan dan Whannell juga terlihat lebih sering bertumpu pada jump scares dan adegan-adegan penuh darah untuk menghasilkan kadar kengerian. Kadang bekerja, namun lebih sering terasa begitu predictable dan melelahkan daripada menyenangkan. Yang juga patut diberi perhatian adalah penambahan porsi komedi dalam jalan cerita Insidious: Chapter 2. Yeahhh… not really working, Wan!

Seperti pada seri sebelumnya, Insidious: Chapter 2 masih didukung dengan penampilan-penampilan dari Patrick Wilson, Rose Byrne, Barbara Hershey, Lin Shaye, Leigh Whannell dan Angus Sampson. Kesemuanya masih tampil dalam kualitas penampilan akting yang tidak mengecewakan. Karakter yang diperankan Hershey malah mendapatkan porsi cerita yang lebih besar di film ini – dan berhasil dieksekusinya dengan baik. Kebalikannya, kini giliran karakter yang diperankan oleh Byrne yang harus duduk manis tanpa adanya adegan-adegan esensial yang harus ditampilkan. Malah, ada atau tidak adanya karakter Renai Lambert dalam Insidious: Chapter 2 sepertinya tidak akan berpengaruh banyak pada jalan cerita film ini. Kualitas teknikal Insidious: Chapter 2 tampil tidak mengecewakan, dengan Joseph Bishara lagi-lagi mampu memberikan tata musik yang berpengaruh kuat pada komposisi emosional cerita – meskipun tidak seistimewa apa yang dilakukannya pada The Conjuring.

Masih ingat dengan Saw (2004) yang juga dibidani James Wan dan Leigh Whannell? Film yang membangkitkan genre torture porn di Hollywood tersebut berlanjut hingga seri ketujuh namun terus mengalami penurunan kualitas seiring dengan penambahan jumlah serinya – Wan dan Whannell tidak lagi menangani franchise tersebut semenjak seri ketiga. Insidious: Chapter 2, sayangnya, memiliki potensi yang kuat untuk mengikuti pola kualitas franchise Saw: serinya akan terus berlanjut – berdasarkan ending yang diberikan Wan dan Whannell di film ini – namun kualitasnya akan semakin… well… menyengsarakan – in a bad way. Untuk sebuah lanjutan dari kisah yang tergarap cukup rapi, Insidious: Chapter 2 jelas hadir dengan kapasitas yang begitu dangkal. Mungkin Wan dan Whannell tidak memiliki cukup waktu untuk menggarap jalan cerita Insidious: Chapter 2. Mungkin Wan dan Whannell hanya ingin easy money dari kesuksesan luar biasa Insidious. Namun tetap saja… Insidious: Chapter 2 adalah sebuah presentasi yang cukup mengecewakan dari sisi manapun Anda mencoba untuk melihatnya.





Sumber :


Tugas 3 teori organisasi umum 1 # : Hubungan antara kekuasaan dan pengaruh

Pengaruh dan Kekuasaan


A. Konsep Kekuasaan dan Pengaruh

1. Konsep Kekuasaan
Kekuasaan dalam arti sempit menurut Robert A. Dahl adalah jika orang A yang memiliki kekuasaan ata orang B sehingga orang A dapat meminta orang B untuk melakukan sesuatu yang jika tanpa kekuasaan orang A tersebut tidak dapat melakukan sesuatu. Konsep kekuasaan hubungannya erat sekali dengan konsep kepemimpinan, dalam hal ini Hersey, Blandchard dan Natemeyer merasakan bahwa para pemimpin seharusnya tidak hanya menilai perilakuknya sendiri agar mereka mengerti bagaimana mereka mempengaruhi orang lain, akan tetapi mereka harus meniti posisi dan cara menggunakan kekuasaan.
Max Weber, kekuasaan sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan. Walterd Nord merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran energy dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya.
Ada 5 konsep kekuasaan menurut John Brench dan Bertram raven, yaitu:
a. kuasa paksaan (coercive power), yang mampu menghukukm seseorang yang tidak melakukan perintah.
b. reward power, yang diberi order untuk melakukan sesuatu dapat tunduk jika diberi imbalan
c. legitimative power, seorang penguasa akan menuntut bawahannya agar taat padanya
d. expert power, seseorang penguasa memang memiliki keahlian dalam bidang
e. referent power, sang penguasa memiliki karisma sehingga para pengikutnya ingin menjadi seperti dia dan mau meakukan apa saja untuknya

2. Konsep Pengaruh
Keberadaan pengaruh dalam suatu kepemimpinan memiliki andil yang besar, yaitu dalam hal menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan yang sudah di tetapkan. Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal-balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan.


B. Bentuk dan Hasil Pengaruh

1. Bentuk Pengaruh
Jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan. Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi, antara lain :
a. Pesuasi rasional
Pemimpin menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk mempersuasi pengikut   bahwa  suatu  usulan  adalah  masuk  akal  dan  kemungkinan  dapat  mencapai sasaran.
b. Permintaan Inspirasional
Pemimpin membuat usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut dengan menunjuk pada nilai-nilai, ide dan aspirasi pengikut atau dengan meningkatkan rasa percaya diri dari pengikut.

Ada 3 proses mempengaruhi, yaitu:
1.            Kepatuhan instrumental, Seorang target melaksanakan tindakan yang diminta untuk tujuan mendapatkan imbalan yang pasti atau menghindari hukuman. Level dukungan yang diberikan mungkin sangat kecil yang diperlukan untuk mendapatkan penghargaan atau untuk menghindari hukuman.
2.            Internalisasi. Seorang target memiliki komitmen untuk mendukung dan menerapkan proposal yang diajukan oleh pemimpin terlihat seperti diharapkan secara intrinsik dan sesuai dalam hubungannya dengan nilai, keyakinan dan citra pribadi dari target.
3.            Identifikasi Personal. Seorang target meniru perilaku pemimpin atau mengambil sikap yang sama agar disukai oleh pemimpin

2. Hasil dari Pengaruh
Hasil dari proses mempengaruhi, juga mempunyai efek umpan balik terhadap perilaku pemimpin.Selain itu, dampak kekuasaan pemimpin pada dasarnya tergantung pada apa yang dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi orang yang dipimpin.Dengan demikian, hasil dari usaha mempengaruhi merupakan akumulasi dari keterampilan mempengaruhi, perilaku mempengaruhi, dan kekuasaan pemimpin.

C. Jenis Sumber Kekuasaan
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven (1959) ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu kelompok atau organisasi. Dengan perkataan lai, orang atauorang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu:



1. Kekuasaan Bersumber pada Kedudukan (Position)
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Kekuasaan Formal atau legal (French & Raven, 1959)
Termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana mentri dan sebagainya yang mendapat kekuasaan karena ditunjuk dan/atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi.

b. Kendali atas Sumber dan Ganjaran (French & raven, 1959)

Majikan yang menggaji karyawan, majikan yang mengupah buruh, kepala suku atau kepala kantor yang dapat member ganjaran kepada bawahannya, dan sebagainya, memimpin berdasarkan sumber kekuasaan seperti ini.
c. Kendali atas Hukum (French & Raven, 1959)
ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasa juga kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang yang sumbernya hanya kendali atas hukuman saja, ini merupakan kepemimpinan yang didasarkan pada rasa takut. Contoh para preman yang memungut pajak kepada pedagang, pedagang akan tunduk kepada preman karena takut akan mendapat perlakuan kasar.
d. Kendali atas Informasi (French & Raven, 1959)
informasi adalah ganjaran positif bagi orang yang memerlukannya, sehingga siapa pun yang menguasai informasi dapat menjadipemimpin. Misal adalah orang yang paling tahu arah jalan maka otomatis dia akan menjadi pimpinan rombingan.
e. Kendali Ekologi (lingkungan)
sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasa situasi (situational sengineering). Contoh adalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham, 1975). Seorang atasan, manager, atau kepala bagian personality mempunyai kekuasaan atas bawahannya, karena ia boleh menentukan posisi anggotanya.
2. Kekuasaan yang bersumber pad pribadi (personal)
Berbeda dari kepemimpinan kekuasaan, kekuasaan yang bersumber pada kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut:
a. Keahlian atau Ketrampilan (French & Raven, 1959)
Dalam agama Islam, orang yang menjadi imam adalah orang yang paling fasih membaca ayat Al-Qur’an. Demikian pula dalam pesawat atau kapal, orang yang paling ahli dalam mengemudilah yang akan menjadi pemimpin.


b. Persahabatan atau Kesetiaan (French & Raven, 1959
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan, sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
c. Karisma (House, 1977)
Ciri kepribadian yang menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan. Mengenai hal ini dibicarakan tersendiri dalam teori bakat


3. Kekuasaan yang bersumber pad apolitik (political power)

Kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri atas beberapa jenis (Pfeffer, 1981)
a. Kendali atas Proses Pembuatan Keputusan (Pfeffer & Salanick, 1974
dalam organisasi, ketua menetukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan dilaksanakan atau tidak. Dan sebagainya.
b. Koalisi (Stevenson, Perace & Porter, 1985)
kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerja sama denga kelompok lain.
c. Partisipasi (Pfeffer, 1981)
pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota berpartisipasi, dan sebagainya.
d. Institusionalisasi
Pemimpin agama menikahkan pasangan suami istri, menentukan terbentuknya keluarga baru. Notaris atau hakim menetukan berdirinya suatu yayasan atau perusahaan baru. Dan sebagainya.

Menurut analisis Nisbel memandang kekuasaan sebagai antitesa wewenang, dan kekusaan dilain pihak merupakan paksaan atau usaha untuk mendominasi orang lain agar berperilaku dengan cara-cara tertentu tanpa mempengaruhi system referensi kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang penting dalam manajemen. Karena kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan.





Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara berbagai alternatif.
Konsep Pengambilan Keputusan
•    Identifikasi dan diagnosis masalah
•    Pengumpulan dan analisis data yang relevan
•    Pengembangan & evaluasi alternantif
•    Pemilihan alternatif terbaik
•    Implementasi keputusan & evaluasi terhadap hasil – hasil

a.   Tipe –Tipe Keputusan Manajemen
•    Keputusan-keputusan perseorangan dan strategi
•    Kepusan-keputusan pribadi & strategi
•    Keputusan-keputusan dasar & rutin

b.   Model-model Pengambilan Keputusan
•    Relationalitas Keputusan
•    Model- model perilaku pengambilan keputusan

c.   Teknik Pengambilan Keputusan
•    Teknik – teknik Kreatif: Brainstorming & Synectics
•    Teknik – teknik Partisipatif
•  Teknik – teknik pengambilan keputusan Modern : Teknik Delphi, Teknik Kelompok Nominal

contoh kasus :

Seperti pembangunan wisma atlet hambalang yang menjerat Andi Malaranngeng Masalah Yang menerpa Partai Demokrat saat ini di yakini akan menurunkan Popularitas partai yg berlambang Mercy ini, permasalahan – permasalahan yg datang silih berganti.

Contoh Kasus : 
Katakanlah Anda hidup sebagai seorang pejabat. Di awal mungkin Anda memiliki pemikiran idealis untuk hidup sederhana dan apa adanya. Namun fakta berkata lain. Lingkungan sosial pejabat akan memaksa Anda untuk hidup di atas kesederhanaan. Saat Anda tidak mengikuti apa budaya di lingkungan sosial tersebut, dengan cepat sekali akan menyebar cemohan yang menjatuhkan harga diri Anda. Mau tidak mau Anda harus mengikuti komunitas dimana Anda bergaul.


Sumber :